Pengertian dari analisis dari rasio
secara simple adalah membandingkan antara satu angka dengan angka lainnya yang
memberikan suatu makna. Suatu keuntungan rasio adalah meringkas suatu data
historis perusahaan sebagai bahan perbandingan. Dari sekian banyak analisis
keuangan, analisis rasio adalah paling banyak digunakan.
Analisis rasio merupakan salah satu
teknik analisis laporan keuangan dengan cara membandingkan komponen-komponen
laporan keuangan dalam satu tahun atau satu periode. Rasio ini kemudian
ditafsirkan atau dibandingkan kembali dengan rasio yang sama pada tahun yang
lalu. Umumnya rasio-rasio ynag digunakan merupakan rasio yang sudah baku yang
mengukur :
a.
Tingkat
Likuiditas
b.
Soliditas
atau nilai bersih dari yayasan
c.
Kinerja
Operasional
Rasio
yang dihasilkan memiliki kelemahan yang harus diwaspadai yaitu hilangnya nilai
absolut dari data itu sendiri. Kadang-kadang rasio yang dibandingkan lebih baik
atau sama tapi dengan nilai absolut yang jauh berbeda. Suatu yayasan dengan
penghasilan setahun sepuluh miliyar dibanding dengan yayasan laindengan nilai
penghasilan sepuluh juta rupiah. Setiap kenaikkan penghasilan satu juta rupiah
berarti akan menaikan nilai rasio dengan 10%.
Inti
dari Rasio Keuangan..
Dalam
suatu analisis rasio keuangan ada 5 inti atau 5 pokok, yaitu sebagai berikut :
1.
Rasio
Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo dan rasio yang
paling banyak mendapat perhatian baik dari para analis maupun investor.
Walaupun analisis terhadap likuiditas ini membutuhkan bantuan lain. Rasio-rasio
yang tergolong dalam rasio likuiditas ini antara lain adalah current ratio dan cash ratio.
Current Ratio, rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan utang
lancar. aset lancar secara umum terdiri atas kas dan setara kas, surat
berharga, piutang dagang, persediaan, biaya dibayar dimuka dan aset lancar
lainnya
Quick Ratio, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya dengan mengurangkan persediaan yang dianggap kurang
likuid karena prosesnya cukup panjang, yaitu melalui penjualan dan kemudian
piutang dagang atau tunai. Namun ada beberapa pos neraca yang harus dikeluarkan
antara lain: uang muka dan jaminan, biaya dibayar di muka, pajak dibayar di
muka, dan lainnya, karena pos-pos tersebut kenyataannya tidak lebih likuid dari
persediaan, bahkan bisa sulit ditagih.
1.
Rasio
Leverage
Rasio yang mengukur seberapa
jauh atau besar perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana
sendiri yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur. Hal
pertama adalah para kreditur melihat atau menganalisis berapa jumlah dana
sendiri yang telah disetor (owner supplied funds)
sebagai margins of
safety, yaitu merupakan suatu batas aman atas kemungkinan buruk yang
terjadi. Kedua, dengan dana pinjaman dari kreditur, pemilik perusahaan memiliki
keuntungan, yaitu masih memiliki hak mengendalikan perusahaan dengan jumlah
investasi terbatas. Ketiga, jika perusahaan memiliki kelebihan atau keuntungan
dari selisih keuntungan operasional dengan bunga atau biaya modal, maka pemilik
perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Perusahaan dengan rasio leverage yang
rendah, memiliki resiko kecil apabila kondisi perekonomian menurun, tetapi
sebaliknya, apabila kondisi perekonomian sedang naik (boom) perusahaan
akan kehilangan kesempataan untung memperoleh keuntungan (return) yang
relative besar.
2.
Rasio
Aktivitas
Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjual produknya dalam suatu periode
tertentu dibandingkan dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Dalam beberapa
buku yang diperoleh ada yang menggunakan pendekatan penjualan dibagi dengan
persediaan, ada juga yang menggunakan pendekatan harga pokok penjualan dibagi
persediaan.
Inventory turnover ratio, salah satu rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menjual produknya dalam suatu periode tertentu dibandingkan dengan jumlah persediaan yang dimiliki.
Receivables turnover ratio, rasio ini digunakan untuk memperkirakan berapa kali dalam suatu periode tertentu, jumlah arus kas masuk perusahaan yang diperoleh dari piutang dagang, semakin cepat piutang dagang akan semakin baik karna akan menambah likuiditas perusahaan.
3.
Rasio
Profitabilitas
Rasio
ini mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat
keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas
penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri. Rasio ini lebih
diminati oleh para pemegang saham dan manajemen perusahaan sebagai salah satu
alat keputusan investasi, apakah investasi bisnis ini akan dikembangkan,
dipertahankan dan sebagainya.
Operating Profit Margin, rasio ini mengukur berapa banyak selisih antara penjualan dengan biaya operasional yang akan atau telah dimiliki perusahaan. rumus ini dengan membagi laba bersih sebelum pajak dengan penjualan.
4.
Rasio
Valuasi
Rasio
ini mengukur seberapa jauh perusahaan melalui para eksekutifnya mampu
menciptakan nilai pasar yang lebih besar atas investasi yang ditanamkannya.
Rasio ini merupakan suatu rasio yang lengkap dimana risk ratio dan expected
return harus dipelihara dengan baik untuk memaksimalkan kesejahteraan para
investor.
Sumber
:
1. Manajemen
Keuangan Akuntansi untuk eksekutif Perusahaan. Hendra S. Raharjaputra. 2009,
Penerbit Salemba Empat.
2. Akuntansi
Keuangan Yayasan & lembaga nirlaba sejenis. Pahala Nainggolan, Akl.,
M.M. 2007, PT. Rajagrafindo Persada
3. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Prof. Dr. Bambang Riyanto. 2009, BPFE-YOGYAKARTA